"Nanti." balas Darano, ibu Namiya.
"Sudahlah sayangku," Taiyo membela, sambil menutup buku yang ia baca. "Lama kelamaan anakmu bisa kena gejala stres, lho."
"Baiklah, Taiyo." ibu berhenti memotong bawang yang baru separuh matang itu, dan memerintahkanku untuk segera tidur
"Cepat tidur Namiya! Besok kau ada sekolah! Besok hari pertamamu jadi kau tak boleh terlambat! Awas jika terlambat, kau mempermalukan nama baik keluarga Yamiya! Mengerti, Namiya Yamiya?!" bentak ibu.
"Baiklah. Aku akan tidur seperti yang ibu mau. Tidak usah membentak begitu ..." Aku merasa marah tetapi tetap sabar.
Besok hari pertama, jangan terlambat! kata - kata itu terus terngiang di kepalaku.
Namiya! Namiya!
Namiya!
"NAMIYA!"
"Ah! Eh ... Uoh ...!"Aku serentak kaget.
"Sudah kuduga terjadi seperti ini," suara yang ... familiar ... Darano?! Eh ... maksudku, Ibu?!
BYUR ...
Aku disiram air satu ember ...
"Namiya Yamiya? Hadir?"
"Ya, saya."
"Anda dipanggil siapa ya?"
"Panggil saya ... Namiya, eh ... Mira ... maksud saya ... Miiya!"
"Baiklah... Miiya, silahkan duduk kembali."
Tiba - tiba di sebelahku, duduk seorang anak laki - laki paruh baya yang ternyata sebangku denganku.
"Yaraii Hitoshi? Hadir?"
Laki - laki di sebelahku langsung mengangkat jari telunjuknya.
"Saya! Saya biasa dipanggil ... Yaraii!"
Berkat itu aku tau bahwa disebelahku bernama Yaraii.
"Baik, karena hari ini hari pertama sekolah ... kita ... freetime! Bebas!" nama guru itu Mamiyo Miyako Paporu. Nama yang aneh? Tentu. Ia dipanggil Miyokoru. Nama lainnya Miyokoeru Mamiru. Jadi ... terserah mau memanggilnya apa. Aku lebih suka memanggilnya Bu Miyokoeru-Miyo.
"Emm ... maaf ... boleh aku berkenalan? Namaku ... Yamiyaru Namiya!" aku mengajak ngobrol laki - laki itu... em, Yaraii.
"Oh ? Baiklah. Namamu Yamiyaru-san? Namaku Yaraii Hitoshi. Kau sudah dengar kan? Untuk apa aku menyebutkannya lagi?" ia membalas dengan dingin.
"Uhm ... maaf ... aku hanya ingin berkenalan saja. Jujur aku kesepian di sini ... jadi tidak salah kan jika aku ingin berkenalan denganmu ?" aku membalas. Kepalaku sedikit lebih merunduk setelah mendengar perkataan 'salju' Yaraii ... eh ... Hitoshi-kun.
"Oh ... begitu ..." balasnya. Aku menarik napas lega. "Tapi mengapa ? Mengapa? Mengapa denganku? Tidak dengan yang lain? Dengan jenis yang sama denganmu? Mengapa harus berkenalan denganku ... apa karena ..."
"Ya ... karena kau duduk di..." potongku.
"JANGAN BERPIKIR AKU DUDUK DI SINI DENGAN SENANG HATI SEPERTI YANG KAU PIKIRKAN!" bentaknya dengan suara lantang.
"Aku duduk disini karena aku kehabisan bangku dan hanya bangku ini yang tersisa. APA ITU MASALAH? AKU DUDUK DISINI BUKAN UNTUK BERKENALAN DENGANMU KAN? JADI JANGAN TERLALU BERHARAP YANG LEBIH, YAMIYARU!"
"Orang seperti kau layaknya mati." ucapnya dengan suara kecil. Dadaku sesak jadinya.
"Maaf ... Yaraii Hitoshi? Mohon tenang." ucap bu Miyokoeru.
"Maaf, bu. Saya mau pindah di sebelah Yamameru-san." ia mengajukan permintaan pindah tempat duduk.
"Baik ..."
To be continued
on Cry Yourself (自分自身を叫ぶ) 2



Tidak ada komentar:
Posting Komentar